Politikamalang – Kota Batu, Stunting masih menjadi permasalahan kesehatan yang kerap terjadi pada anak-anak di Indonesia. Sekaligus menjadi perhatian serius pemerintah pusat hingga pemerintah daerah.
Pasalnya, prevalensi stunting di Indonesia menurut hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 sebesar 24,4 persen. Karena itu sosialisasi terkait percepatan penurunan stunting terus dilakukan.
Anggota Komisi VI DPR RI, Ali Ahmad, SH, mengatakan, terkait stunting, pemerintah telah menargetkan untuk menurunkan prevalensi stunting menjadi 14 persen di tahun 2024 mendatang. Dan Presiden telah menunjuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai garda terdepan dalam perecepatan penurunan angka stunting.
“Ini cukup berat, tapi harus dilakukan karena presiden selalu menekankan Indonesia harus dapat menurunkan angka stunting di tahun 2024,” ujarnya, dalam gelaran Promosi KIE Program Bangsa Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Bersama Mitra Kerja Anggota Komisi IX DPR-RI, di hotel Ciptaningati, Jumat (2/9/2022).
Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Gus Ali ini menjelaskan, stunting adalah kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama pada masa 1.000 hari pertama. Sehingga menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.
“Stunting dapat dialami semua balita. Tidak peduli kaya atau miskin. Selama kebutuhan gizinya tidak terpenuhi, tentu itu akan menyebabkan anak menjadi stunting,” ungkapnya.
Padahal targetnya Indonesia 2045 harus menjadi Indonesia emas. Sehingga SDM nya harus bagus dan tentunya harus dimulai dari sekarang.
“Karena itu, melalui kegiatan ini, kami berharap peserta sosialisasi betul-betul menyimak apa yang disampaikan narasumber. Apa itu arti stunting dan bagaimana caranya menanggulanginya,” tandasnya.
Sementara itu Deputi APDIN BKKBN Pusat, Drs. Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd, menghimbau untuk bersama-sama mencegah terjadinya stunting. Karena ada tiga kerugian jika balita mengalami stunting.
Pertama adalah, balita stunting akan mengalami gagal tumbuh. Sehingga secara fisik tubuhnya akan terlihat pendek.
“Meskipun sekali lagi, tidak semua yang pendek itu stunting. Tapi kalau stunting, pasti tubuhnya pendek,” terangnya.
Kerugian kedua adalah balita stunting kecerdasanya rendah. Karena pertumbuhan otaknya terganggu, menyebabkan kecerdasan seorang anak apabila nanti tumbuh dan berkembang memasuki usia sekolah dewasa, akan memiliki kecerdasan yang rendah.
Kerugian yang ketiga, balita yang dikatakan stunting ini, pada saat dewasa nanti akan lebih rentan mengalami penyakit-penyakit tertentu. Seperti diabetes, tekanan darah tidak stabil, jantung dan penyakit lainnya.
Sehingga pada akhirnya memang balita ini menjadi tidak produktif dikemudian hari.
“Tiga kerugian ini disebabkan karena persoalan gizi atau kekurangan gizi secara kronis khususnya selama kurun waktu 1.000 hari pertama kehidupan. Atau sejak kehamilan hingga bayi berusia 2 tahun,” urainya.
Karena itu, peran masyarakat menjadi sangat penting untuk mencegah stunting. Jangan sampai yang sekarang mau menikah kemudian hamil, kemudian melahirkan balita yang tergolong stunting gara-gara tidak terpenuhinya gizi yang baik selama kurun waktu seribu hari pertama kehidupan.
Penting juga bagi yang saat ini sedang hamil, harus diingatkan agar diperiksakan dengan baik kepada tenaga kesehatan. Untuk memastikan bahwa Ibu yang mengandung dan anak yang dikandungnya tumbuh dan berkembang dengan baik.
Kemudian bagi keluarga-keluarga yang Ibunya baru saja melahirkan dan punya bayi. Pastikan betul agar diberikan asupan gizi melalui ASI eksklusif selama 6 bulan. Ini wajib hukumnya.
“Karena ASI adalah pemenuhan gizi yang terbaik dari seorang ibu kepada anaknya. Tapi tentu saja tidak cukup sampai 6 bulan itu saja, karena mulai bulan ke 7 harus diberikan makanan pendamping, ” sebutnya.
“Inilah pentingnya peran masyarakat saling mengingatkan dalam mencegah stunting,” pungkasnya. (Agus N)