Kasus PMK Jatim Meluas, Tersebar di 25 Kabupaten dan Kota

Politikamalang
Rapat Koordinasi Percepatan Penanggulangan PMK di Jawa Timur. (Foto: Agus N/politikamalang)

Bagikan :

Bagikan :

PolitikamalangKota Malang, Hingga saat ini update kasus Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) sapi di Jawa Timur per 29 Mei 2022 sebanyak 17.934 ekor. Tersebar di
25 Kabupaten dan Kota. Hal ini disampaikan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa saat memimpin Rapat Koordinasi Percepatan Penanggulangan PMK di hotel Grand Mercure, Senin (30/5/2022).

Disampaikan Khofifah, pada tanggal 25 Mei 2022 yang lalu ia menyebutkan bahwa ada 13 Kabupaten Kota di Jatim yang terbebas dari PMK. Tapi hari ini 4 daerah diantaranya masuk kategori wilayah terduga.

“Sehingga sekarang hanya ada 9 daerah yang masuk kategori wilayah bebas,” sebutnya.

Iklan

Karena itu diperlukan kebersamaan dari seluruh institusi yang ada di Jawa Timur sampai di lini paling bawah di desa maupun kelurahan untuk melakukan kesiapsiagaan dan kewaspadaan dari ancaman PMK.

Menurut Khofifah, proses penanganan PMK hampir mirip dengan penanganan pada saat covid-19. Jadi kalau sudah ada yang terjangkit PMK, maka harus segera bisa diambil spesimennya kemudian bisa dicek di laboratorium.

“Dan biasanya kalau satu terkonfirmasi positif, maka kemudian satu kandang itu harus diberikan treatment yang sama,” ucapnya.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. (Foto: Agus N/politikamalang)

Disebutkan, potensi kemungkinan terjadinya penularan PMK sangat besar, salah satunya melalui udara atau airbone. Sehingga jika anginnya kencang maka potensi penularannya diprediksi bisa mencapai beberapa kilometer dan bisa menjangkau kemana saja.

Penularan PMK bisa juga melalui virus yang menempel di mobil, pakaian, rambut maupun sepatu. Virus penyebab PMK ini daya tahannya bisa dikatakan cukup lama. Bahkan kalau berada di tanah bisa bertahan sampai dengan 200 hari.

“Oleh karena itu tim nakes yang menangani satu kandang yang sudah terkonfirmasi PMK, tidak boleh ke kandang yang belum ada konfirmasi PMKnya,” tuturnya.

Karena potensial kemungkinan terjadinya penularan sangat besar. Maka tim yang melakukan treatment di peternakan harus menggunakan APD. Beberapa SOP juga harus terus disosialisasikan.

“Selain selama ini yang telah dilakukan adalah penyuntikan antibiotik, analgesi serta pemberian vitamin. Dan rata-rata 14 hari setelah mendapatkan treatment layanan kesehatan, kondisi hewan ternak terus membaik,” ungkapnya.

Lebih lanjut disampaikan Khofifah, peran dari TNI POLRI juga sangat dibutuhkan. Karena itu ia meminta jajaran TNI POLRI melalui Babinsa dan Babinkamtibmas untuk turut membantu pengendalian PMK dari di wilayahnya masing-masing.

Diantaranya membantu pendampingan pengawasan Isolasi dan Lockdown pada daerah tertular di desa maupun kecamatan. Membantu pendampingan pengawasan penutupan sementara pasar hewan.

“Termasuk membantu pengawasan lalu lintas ternak dari daerah tertular PMK,” ujarnya.

Selain itu menurut Khofifah, peran TNI POLRI juga dibutuhkan dalam sosialisasi pentingnya desinfeksi kandang dan lingkungan peternakan. Sekaligus berperan dalam membantu pengamanan pelaksanaan pengobatan dan vaksinasi masal.

“Kami juga meminta kepada Bupati dan Walikota untuk segera menerbitkan SK Gugus tugas penanganan PMK agar tidak semakin menyebar,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Indyah Aryani mengatakan, update kasus PMK di Jawa Timur per tanggal 29 Mei 2022 sebanyak 17.934 ekor yang tersebar di 25 Kabupaten Kota.

“Dari jumlah tersebut, kondisi ternak yang sakit sebanyak 15.521 ekor. Sembuh 2.289 ekor dan yang mati 124 ekor,” sebutnya.

Menurutnya, ada beberapa gejala sapi sakit PMK yang terjadi di Jatim yaitu demam tinggi mencapai 39-40 derajat celsius. Air liur berlebihan dan muncul luka lepuh seperti sariawan pada lidah, gusi serta hidung sehingga ternak tidak mau makan.

Kemudian munculnya luka pada kuku, tumit dan celah kuku.

“Pada kondisi parah, akan diikuti lepasnya kuku sehingga menyebabkan pincang dan gemetar sehingga mengakibatkan hewan ternak sulit berdiri,” pungkasnya. (Agus N)

Bagikan :

Disarankan

Terpopuler

Terbaru

Regional

Pilihan

Informasi