Manfaatkan Limbah Keju dan Skim, FPP UMM Produksi Pakan Ternak Sapi/Kambing Muda

Bagikan :

Bagikan :

Politikamalang – Malang, Berangkat dari tingginya kematian anakan Sapi dan kambing di Jawa timur khususnya Kab Malang Batu, Tim peneliti dari FPP UMM melakukan penelitian untuk mencari
Solusi Alternatif bagi Peternak Sapi Kambing.

Hasil dari penelitian itu
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan produk pakan ternak penuh nutrisi bernama Calf Starter (CS) 1 dan 2 serta Calf Milk Replacer (CMR) dari bahan dasar susu skim.

Hal ini disampaikan Dr. Ir. Listiari Hendraningsih, MP. IPM bersama Dr. Ir. Ahmad Wahyudi, M.Kes IPU sebagai peneliti usai melaunching Produk pakan ternak tersebut.

Iklan

Produksi pakan ternak Calf Starter (CS) 1 dan 2 serta Calf Milk Replacer (CMR) ini bertujuan membantu kepada peternak sapi dan kambing maupun domba dimana pun berada. Menjadikan pertumbuhan anakan sapi atau kambing pasca lahiran akan lebih sehat dan lebih bagus perkembangannya

Tim peneliti CS 1 dan 2 serta CMR dari UMM yakni Dr. Ir. Ahmad Wahyudi, M.Kes IPU mengatakan, produk CS 1 dan 2 serta CMR dikenalkan kepada para peternak sapi maupun kambing.

Dalam rangka membantu memberikan perbaikan nutrisi gizi pertumbuhan kepada anak sapi (Pedet) maupun anak kambing (Cempe) setelah mendapatkan colustrum dari induknya selama beberapa hari.

“Kami melihat sebagian para peternak sapi maupun kambing pasca lahiran, penanganannya kurang sesuai. Sehingga menimbulkan kerugian, karena hasil ternak tidak sesuai harapan,” kata Dr. Wahyudi.

Menurut pakar ternak ini, anak sapi maupun kambing atau domba yang lahir segera mendapatkan asupan colustrum induknya. Karena protein dan nutrisi dari colustrum sangat penting hingga beberapa hari ke depan.

“Setelahnya, baru diberikan pelan-pelan nutrisi selain colustrum namun sifatnya masih berupa cairan semisal CMR hingga berusia sebulan,” jelas dia.

Seiring waktu, sebulan berjalan ditingkatkan lebih sedikit padat nutrisinya seperti CS 1 dengan cara berkala jumlah takarannya sampai anakan itu merasakan nyaman.

Dua bulan berikutnya, nutrisinya lebih padat lagi. Demikian jumlah takarannya juga menyesuaikan secara perlahan. Hal tersebut berjalan hingga usianya dua setengah atau tiga bulan.

“Baru diberikan makanan rumput, itupun rumputnya masih bersifat tidak terlalu keras sampai pada rumput semestinya,” bebernya.

Peneliti lainnya yaitu Dr. Ir. Listiari Hendraningsih, MP. IPM menambahkan, para peternak hendaknya memahami pasca lahiran anakan sapi atau kambing. Utamanya selama masa tiga bulan pasca lahiran, jangan langsung diberikan makanan atau nutrisi bersifat terlalu keras dan kurang sehat.

“Karena hal itu berdampak pada pertumbuhan anakan hewan tersebut, semisal rentan penyakit, induknya sulit adaptasi pada perkawinan untuk perkembangbiakannya sekaligus induknya rentan berpenyakitan,” tambah Dr. Listiari.

Jika peternak sapi atau kambing concern dan peduli pada kesehatan hasil ternaknya. Seyogyanya tiga bulan pasca lahiran betul-betul dijaga semaksimal mungkin baik nutrisi makanannya maupun cara penanganannya.

“Jika masa tiga bulan itu dilakukan dengan baik dan benar serta didukung nutrisi gizi berkecukupan. Satu contoh pemberian CS 1 dan 2 serta CMR, niscaya pertumbuhan anakan sapi atau kambing bakal tumbuh sehat dan kuat,” pungkas Dosen Prodi Peternakan UMM.

Sementara itu dalam sambutannya Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd mangatakan bahwa penelitian dan penemuan
ini adalah satu perjalanan akademik yang memang harus direspon dan produk inipun juga masih belum berakhir.

“karena tekat kita memang hulu hilir dimulai dari riset. kemudian hilirisasi ketika berbicara hilirisasi tentu saja akan berbicara kemanfaatan dan pasar,” ujar Fauzan.

“Masih ada banyak komodite yang saat ini dikerjakan risetnya dan Insyaallah tidak lama juga akan dilaunching seperti ini. maka tugas kita tidak hanya sekedar melaunching, tetapi saya berkeinginan launching itu sudah ada pasarnya,” imbuhnya.

Ini juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari cita-cita kita untuk mengantarkan mahasiswa bahwa mahasiswa kuliah di UMM ini untuk hidup. Artinya segala ilmu dan pengalaman yang diperoleh hendaknya dapat mengantarkan mahasiswa menjadi hidup lebih baik. Tidak hanya sekedar hidup lebih baik tetapi menjadi leader, penyelesai masalah dalam kehidupan masyarakat.

“Saya berharap terus akan ada inovasi maupun improvisasi di segala bidang. Dan saya berharap menjadi satu kesatuan dosen, mahasiswa untuk bergerak menuju pada riset unggulan yang selama ini telah didapat,” tutup Rektor UMM yang murah senyum itu. (Djoko Winahyu)

Bagikan :

Disarankan

Terpopuler

Terbaru

Regional

Pilihan

Informasi