Share

Diskusi Bareng Pekerja Seni, Ganis Rumpoko Siap Perjuangkan Kesenian Tradisional

Ganis Rumpoko
Ganis Rumpoko bersama puluhan pekerja seni tradisional Kota Malang. (Foto: Ist)

Share

Politikamalang – Ada 23 ketua kelompok kesenian tradisional di Kota Malang, Kamis (17/10/2024) malam ini berkumpul di Sanggar Seni Claket, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Untuk bertemu, ngobrol dan diskusi tentang kesenian bersama Ganis Rumpoko. Calon Wakil Wali Kota Malang, nomor urut 2. Pasangan dari Heri Cahyono.

Mereka mewakili ratusan pekerja seni tradisional, yang selama ini berkiprah mewarnai jagad seni tradisional di Kota Malang. Diantaranya dari kesenian Bantengan, Reog, Rampag Barong, Jaranan Dor, Jarangan Pegon dan beberapa lainnya.

Banyak cerita yang muncul dari ajang rembugan bareng. Yang ternyata, pertemuan itu adalah untuk ketiga kalinya secara beruntun. Sebelumnya sudah digelar di Kedungkandang dan Sukun.

Iklan

“Kalau secara total, sudah ada 56 ketua kelompok seni tradisional, yang sudah bertemu dengan Mbak Ganis. Sementara di masing-masing kelompok itu, rata-rata punya 25-50 anggota. Kami semua bergabung dalam komunitas Jaranan Malang Raya,” jelas Ketua Jaranan Malang Raya, Yoyok Edi Sunaryo, Kamis (17/10/2024).

Senyampang bertemu dengan Ganis Rumpoko, yang akan maju dalam kontestasi Pilkada 2024. Berpasangan dengan Heri Cahyono, untuk berebut kursi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Malang. Para pekerja seni itu mengadukan hal-hal prinsip, yang selama ini dirasakan sedikit menghambat para pekerja seni tradisional, untuk berkreasi dan mencari rejeki. Salah satunya, proses perizinan untuk bisa tampil menghibur masyarakat.

“Bolo-bolo kesenian ini sering kesulitan mengurus izin. Mulai dari RT, RW sampai Kelurahan. Termasuk lewat Babinkamtibmas untuk sampai di Polsek. Rata-rata mereka selalu bilang: aku ora ngelarang, tapi yo ora ngijini. Itu kan sama saja dengan menghambat kami berkarya,” ujar pria yang berdomisili di Bandulan ini.

“Sebenarnya permintaan kami itu sangat sederhana. Jangan persulit proses perizinan, ketika kami ingin tampil menghibur,” tegasnya.

Padahal mereka-mereka yang mau melestarikan kesenian tradisional, tambahnya, adalah orang-orang yang terpilih. Bahkan banyak anggota kelompok kesenian tradisional itu, yang masih berusia muda.

“Sedangkan saat ini, sangat langka ada generasi muda. Atau anak-anak milenial atau Gen-Z, yang mau nguri-uri kesenian tradional. Seharusnya mereka justru dibina dan mendapat panggung yang lebar, untuk mengaktualisasikan diri,” sebut Kancil, panggilan akrab Yoyok Edi Sunaryo.

Selain itu, para ketua kelompok kesenian tradisional tersebut, juga meminta kepada Ganis Rumpoko, ketika nanti diberi amanah menjadi pemimpin di Kota Malang, agar lebih memperhatikan fasilitas tempat berkreasi dan unjuk diri bagi para pekerja seni.

Kancil lantas mencontohkan keberadaan Gedung Kesenian Cendrawasih. Selama ini, gedung kesenian milik Pemkot Malang itu, hanya digunakan untuk even-even besar saja.
Padahal gedung itu bisa difungsikan untuk banyak hal. Seperti latihan, pertemuan para pekerja seni, atau pun pertunjukkan-pertunjukkan kesenian tradisional secara rutin.

“Karena kesenian tradisional di Kota Malang ini banyak sekali. Mereka perlu tempat yang luas dan representatif, untuk bisa melestarikan seni tradisional. Jadi permintaan kami tidak banyak. Rangkullah kesenian apapun itu bentuknya. Agar ke depannya kesenian di Kota Malang ini, semakin lebih baik lagi,” ungkapnya.

“Yang pasti saat ini sudah ada 56 kelompok kesenian tradisional di Kota Malang, yang mendukung dan siap memenangkan pasangan Heri Cahyono-Ganis Rumpoko,” tandas Yoyok.

Sementara itu, Ganis Rumpoko yang mendapatkan banyak masukan dari para pekerja seni, mengaku siap memperjuangkan harapan-harapan para kelompok kesenian tradisional tersebut.

Apalagi dalam visi dan misi yang disusun pasangan yang diusung PDI Perjuangan ini, sektor kesenian memang menjadi perhatian khusus.

“Kami akan berusaha memajukan kebudayaan daerah, sebagai puncak kebudayaan nasional. Sekaligus untuk meneguhkan jati diri sebagai bangsa yang berbeda-beda, tetapi tetap satu,” ucapnya.

Karena keragaman budaya, adalah kekuatan bangsa ini. Itulah sebabnya, semua manifestasi budaya lokal dalam wujud apapun, harus dilestarikan, dipromosikan dan dikembangkan menjadi kekuatan pemersatu bangsa dan kekuatan identitas bangsa Indonesia.

Dalam konsep tersebut, lanjut Ganis, bakal diimplementasikan dalam pengembangan program pagelaran atau festival budaya secara tahunan. Baik untuk tari, lagu, busana adat maupun kuliner. Sebagai bagian dari promosi budaya dan pariwisata budaya.

“Kami juga akan membuat peraturan daerah, untuk mengakui dan menjamin keberadaan masyarakat adat beserta hak masyarakatnya. Termasuk kesenian di dalamnya,” pungkas cucu Ebes Sugiono, mantan Wali Kota Malang ini.