Politikamalang – Dalam upaya menjaga relevansi pasar tradisional di tengah dinamika ekonomi modern, Haji Indra Permana, SE, MM, anggota Komisi B DPRD Kota Malang sekaligus Wakil Ketua Fraksi PKS, menekankan pentingnya kajian mendalam tentang perilaku konsumen sebelum merealisasikan pembangunan pasar-pasar tradisional di Kota Malang.
Sorotan khusus diberikan pada rencana pembangunan Pasar Besar Kota Malang, yang ia pandang sebagai ikon kemajuan ekonomi daerah. Menurut Haji Indra, pembangunan pasar ini harus mempertimbangkan kebutuhan dan preferensi konsumen agar tidak hanya menghasilkan gedung megah tetapi juga pasar yang benar-benar hidup dan diminati masyarakat.
“Pasar Besar adalah simbol ekonomi Kota Malang. Namun, pembangunan fisik saja tidak cukup. Kita perlu memahami apa yang benar-benar diinginkan oleh konsumen, seperti fasilitas, kenyamanan, dan aksesibilitas. Jangan sampai pasar yang dibangun dengan anggaran besar malah sepi karena tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat,” tegasnya.
Pernyataan ini disampaikan Haji Indra saat melakukan kunjungan kerja ke Kementerian Pekerjaan Umum (PU) di Jakarta. Dalam kesempatan tersebut, ia juga mendorong kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah untuk menyusun perencanaan pembangunan yang berbasis data.
Menurutnya, kajian perilaku konsumen sangat penting sebagai landasan. Kajian ini tidak hanya membantu pemerintah memahami kebutuhan masyarakat, tetapi juga menjadi langkah strategis untuk menghidupkan kembali pasar tradisional di Kota Malang yang selama ini kerap kalah bersaing dengan pusat perbelanjaan modern.
“Konsumen saat ini mencari pasar yang bersih, nyaman, dan memiliki fasilitas memadai. Kita harus menjawab kebutuhan ini, bukan sekadar membangun gedung yang megah tetapi tidak fungsional,” ujar Haji Indra.
Ia juga menambahkan, revitalisasi Pasar Besar harus dirancang secara komprehensif agar tidak hanya menjadi pusat perdagangan, tetapi juga ruang interaksi sosial yang mencerminkan karakter budaya Malang. Hal ini, menurutnya, adalah langkah nyata untuk menjaga keunggulan pasar tradisional di tengah gempuran era digitalisasi.
Selain itu, Haji Indra mengajak pemerintah daerah untuk menggandeng akademisi, lembaga riset, dan komunitas pedagang dalam proses perencanaan. Dengan melibatkan berbagai pihak, pembangunan pasar dapat berjalan sesuai harapan semua pemangku kepentingan.
“Pasar tradisional adalah denyut nadi ekonomi rakyat. Pembangunannya harus menghidupkan ekonomi masyarakat kecil dan menjadi kebanggaan warga Malang. Ini adalah investasi jangka panjang untuk kemajuan ekonomi kota,” tutupnya.
Usulan Haji Indra Permana memberikan pandangan segar dalam pembangunan pasar tradisional di Kota Malang. Dengan pendekatan berbasis perilaku konsumen, diharapkan Pasar Besar dan pasar-pasar tradisional lainnya dapat menjadi pusat ekonomi yang modern, nyaman, tetap berakar pada nilai – nilai dan kearifan lokal.