Share

Berlangsung Meriah, Larung Petik Laut Dipercaya Mampu Tingkatkan Produktivitas Tangkapan Nelayan

Politikamalang
Acara syukuran Petik Hasil Laut di hadiri oleh Gubernur Jawa Timur beserta Forkopimda Kabupaten Malang. (Foto: Ist/politikamalang)

Share

PolitikamalangKabupaten Malang, Masyarakat nelayan di wilayah pesisir Malang Selatan di sekitar Pantai Sendang Biru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang kembali menggelar Syukuran Nelayan dan Petik Laut.

Kegiatan ini dihadiri langsung Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa turut hadir. Gubernur Khofifah dan Bupati Malang HM. Sanusi.

Dalam sambutannya, Bupati Malang, HM. Sanusi menyampaikan, tradisi sykuran nelayan ini sempat tidak digelar selama pandemi Covid-19 yang terjadi sejak tahun 2019. Dan baru digelar lagi tahun ini.

Iklan
Politikamalang
Prosesi syukuran Nelayan dan Petik Laut Kabupaten Malang. (Foto: Ist/politikamalang)

Karena itu dirinya berharap dengan digelarnya kembali tradisi ini sebagai bentuk syukur, bisa berimbas pada meningkatnya hasil tangkapan nelayan.

“Semoga dengan syukuran ini, hasil tangkapan ikan bisa kembali normal. Ikan tunanya menjadi 200 ton per hari, kalau pas musim,” ujar Sanusi, Selasa (27/9/2022).

Lebih lanjut Bupati Sanusi juga meminta agar agenda Syukuran Nelayan dan Petik Laut tersebut bisa masuk ke kalender wisata Provinsi Jatim. Sebab, biasanya, kegiatan itu memang digelar rutin setiap tahun.

“Kepada bu Gubernur, saya berharap Petik Laut ini menjadi agenda pariwisata Provinsi Jatim,” tandasnya.

Lebih lanjut, Gubernur Khofifah menyampaikan apresiasinya atas gelaran tersebut. Terlebih dalam kegiatan tersebut, dirinya juga menyalurkan sejumlah bantuan kepada perwakilan kelompok nelayan.

“Tentu saya ucapkan terima kasih dalam kesempatan ini, bisa menjadi bagian dalam penguatan nelayan. Untuk itu saya berharap, bisa semakin membawa manfaat bagi masyarakat,” ucapnya.

Sementara itu, dibalik kemeriahan tradisi larung petik laut di Pelabuhan Sendang Biru, ini ternyata menyimpan mitos yang begitu diyakini oleh ribuan nelayan setempat.

Kepala Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumawe, Jonathan Saptoes mengatakan, tradisi larung petik laut ini memiliki mitos yang berkaitan dengan produktifitas tangkapan nelayan.

“Tradisi ini sudah digelar sejak leluhur kami, larung sesaji begitu dipercaya para nelayan agar mendapat berkah dalam tangkapan ikan,” jelasnya.

Jonathan menjelaskan, dalam pelaksanaan larung petik laut ini harus dilakukan pada pukul 12.00 WIB. Jika molor dari jam yang diyakini, maka diyakini akan ada peristiwa buruk

“Dulu pernah bergeser jamnya, kemudian ada saja kesialan-kesialan yang datang menghampiri nelayan saat pergi berlayar di laut,” ungkapnya.

“Selain harus pukul 12.00 WIB, pelaksanaan petik laut juga tidak boleh diganti selain pada tanggal 27 September di setiap tahunnya,” pungkas Jonathan. (Agus N)