Salah satu program prioritas nasional yang diinisiasi oleh pemerintah Indonesia untuk mendorong transformasi sosial, terutama dalam aspek pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) ialah Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Kegiatan GNRM berupa Pengabdian dan Aksi Nyata yang dilaksanakan oleh Bidang Pemberdayaan Umat (Bidang PU) Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) bersama dengan Satuan Kerja Deputi Revolusi Mental, Pemajuan Budaya, dan Prestasi Olahraga (RMPBPO), yang bertempat di Desa Sukodadi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Sabtu, (31/08/2024).
Program ini berusaha untuk menghindarkan peserta didik dari paham radikal dan ekstrem dengan memperkenalkan pandangan moderat dalam agama, yang mendukung kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai. Serta bertujuan untuk mewujudkan nilai-nilai etos kerja, gotong royong, dan integritas dalam kehidupan bangsa.
”Tujuan kami melaksanakan kegiatan Pengabdian dan Aksi Nyata dalam GNRM untuk memberikan Pendidikan Umat Beragama Sejak Dini kepada adik – adik kita yang menuju dewasa. Kehadiran peserta juga disertai dengan pendamping siswa, tokoh agama, pengurus Desa dan Karang Taruna”, ujar Faizal sebagai Sekretaris Program PB HMI
Kegiatan ini di hadiri oleh Staff Khusus Menko PMK RI Bidang Organisasi dan Tata Kelola, Dr. Rohman Budijanto., SH., MH. ”Kita juga menghadirkan Keynote Speech yang kali ini di isi langsung oleh Bapak Staff Khusus Menko PMK RI untuk dapat insight mengenai Revolusi Mental dan Pendidikan Moderasi Umat Beragama Sejak Dini”, lanjut Achmad Faizal yang juga Fungsionaris PB HMI.
Selain Pendidikan Umat Beragama Sejak Dini, PB HMI memberikan materi yang dapat menunjang peserta untuk dapat mengembangkan diri, sadar akan budaya yang membentuk toleransi dan memiliki etos kerja yang tinggi. ”Dalam kegiatan ini kami menambahkan tiga materi yaitu Keterampilan Literasi Digital, Keterampilan Sosial dan Budaya dan Toleransi Beragama”, ujar Zaris sebagai Ketua Bidang PU PB HMI.
Keterampilan Literasi Digital
Upaya meningkatkan daya saing sumber daya manusia Indonesia di tingkat global, keterampilan digital sangat penting, terutama dalam menghadapi era transformasi digital yang semakin cepat. Berbagai kemampuan termasuk dalam kategori keterampilan ini, seperti literasi digital, keamanan siber, dan komunikasi melalui platform digital, serta keterampilan khusus seperti pemrograman, pengembangan aplikasi, dan desain konten digital. Keterampilan digital diharapkan dapat meningkatkan etos kerja dan inovasi di berbagai sektor dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), memberi SDM Indonesia kemampuan untuk beradaptasi dengan teknologi dan menghadapi tantangan global.
Keterampilan digital memungkinkan seseorang berfungsi sebagai bukan hanya pengguna teknologi tetapi juga inovator yang dapat membangun solusi teknologi untuk berbagai masalah sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah dan sektor pendidikan harus secara masif mendorong program pelatihan keterampilan digital untuk memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat, termasuk generasi muda, memiliki akses yang memadai ke literasi digital. Menurut Dr. Atika Candra Larasati., S.IP., M.Si, keterampilan ini akan menjadi landasan penting bagi Indonesia untuk mewujudkan visi Indonesia Maju dan Indonesia Emas 2045.
Keterampilan Sosial dan Budaya
Keterampilan budaya adalah kemampuan individu untuk memahami, menghargai, dan berinteraksi secara efektif dengan berbagai budaya, baik di tingkat lokal maupun global. Dalam konteks pembangunan sumber daya manusia (SDM), keterampilan budaya sangat penting untuk membangun sikap inklusif dan toleran di tengah masyarakat yang multikultural seperti Indonesia. Keahlian ini mencakup pemahaman tentang budaya, nilai-nilai, norma sosial, dan bahasa serta tradisi dari berbagai kelompok budaya.
Di era globalisasi, keahlian budaya juga membantu memperkuat identitas nasional. Orang-orang Indonesia diharapkan mampu menghargai keragaman dan mendorong dialog antarbudaya. Sebaliknya, kemampuan ini membantu orang beradaptasi dengan lingkungan kerja dan sosial yang semakin global, di mana perbedaan budaya sudah biasa. Menurut Dr. H. Sholeh Arifin, M.Pd., M.Pd.I., Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) mendorong pendidikan keterampilan sosial budaya sejak dini untuk membangun generasi yang toleran terhadap perbedaan dan siap menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa.
Toleransi Beragama
Toleransi beragama adalah sikap dan tindakan penting dalam masyarakat pluralistik, seperti di Indonesia, di mana keberagaman keyakinan agama sering menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Toleransi beragama berarti menghormati perbedaan keyakinan, yang berarti menghormati hak setiap orang untuk menganut agama mereka sendiri tanpa mengalami tekanan untuk mengikuti keyakinan orang lain. Tidak boleh dipandang sebelah mata pentingnya diskusi dan komunikasi terbuka antara orang dengan keyakinan yang berbeda karena melalui diskusi ini, orang dapat memahami perspektif satu sama lain dan membangun jembatan untuk pemahaman.
Toleransi mencakup mencegah diskriminasi agama, yang memastikan setiap orang diperlakukan dengan adil dan memiliki akses yang setara ke berbagai aspek kehidupan. Kebijakan pemerintah dan lembaga yang mendukung kebebasan beragama sangat penting untuk melindungi hak-hak individu, sementara pendidikan tentang berbagai agama dapat membantu mengurangi prasangka dan meningkatkan penerimaan. Menciptakan lingkungan yang inklusif dan harmonis juga melibatkan keterlibatan komunitas dalam kegiatan bersama dan penghargaan terhadap tempat ibadah dan praktik agama orang lain. Menurut Muhammad Zaris, masyarakat dapat membangun suasana di mana perbedaan agama dihargai dan diakui sebagai kekayaan yang memperkaya kehidupan bersama.
”Melalui pendidikan moderasi beragama, PB HMI berkomitmen untuk membangun fondasi yang kokoh bagi generasi muda Indonesia agar dapat bersikap adil, bijaksana, dan menghormati perbedaan dalam konteks masyarakat yang multikultural. Pendekatan ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai toleransi dan pemahaman yang mendalam mengenai keberagaman agama di kalangan pemuda, sehingga mereka dapat berkontribusi secara positif dalam masyarakat yang pluralistik”, tutup Dini Asmiatul Sebagai Ketua Program PB HMI.
Kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh PB HMI bertujuan untuk mempersiapkan pemuda dengan wawasan global dan keterampilan yang relevan di era digital. Program-program ini dirancang untuk mengembangkan keterampilan teknis dan soft skills yang penting dalam dunia modern, sambil tetap menjaga dan memperkuat nilai-nilai moral dan etika.
Dengan pendekatan yang komprehensif ini, PB HMI berharap dapat menghasilkan generasi muda yang tidak hanya cerdas dan terampil, tetapi juga memiliki integritas dan kepekaan sosial yang tinggi, serta mampu mengatasi dan merangkul keberagaman dalam kehidupan sehari-hari.