Politikamalang – Nasional, Tahun 2023 merupakan tahun politik dan tentu seluruh partai akan menyusun strategi secara cermat dan optimal untuk menembus presidential treshold pada kontestasi 2024 mendatang. Sedikit demi sedikit beberapa partai yang telah dinyatakan lolos sebagai peserta pemilu mulai memperlihatkan langkah politik yang semakin jelas.
Setelah penetapan peserta pemilu yang berhasil diverifikasi dengan jumlah 24 partai yang ditetapkan pada pleno terbuka KPU RI yang digelar pada 14 Desember 2022 kemarin. Dari jumlah peserta pemilu yang sudah ditetapkan tersebut, terlihat intrik menarik yang ditunjukkan oleh partai – partai besar dan menjadi viral hingga menjadi perbincangan hangat di setiap pemberitaan nasional.
Salah satu yang menarik untuk disorot adalah tentang koalisi yang terlihat tarik ulur, walaupun sudah ada keputusan beberapa partai yang mengusung calon presiden masing-masing.
Kemunculan beberapa koalisi yang sudah semakin menuju titik final yaitu Koalisi Indonesia Bersatu (Golkar, PAN, PPP), Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (Gerindra dan PKB), Koalisi Perubahan (NasDem, Demokrat dan PKS) dan terdapat juga partai yang belum memunculkan diri, dan tentu saja masyarakat menunggu apakah akan membentuk koalisi baru atau bergabung dengan koalisi yang sudah terbentuk.
Namun kemunculan dari masing-masing koalisi tersebut juga tidak menutup kemungkinan untuk adanya perubahan. Pasalnya, public dikejutkan dengan berita kunjung mengunjung antar partai yang sudah memiliki koalisi. Kunjungan partai NasDem ke partai Golkar pada Rabu, 1 Februari 2023 yang bertempat di Jakarta Barat menjadi sorotan akhir – akhir ini. Pertemuan Partai NasDem dengan Partai Golkar menciptakan spekulasi publc.
Seperti yang diketahui bahwa kedua partai tersebut telah memiliki koalisi masing-masing dan menjadikan tanda tanya besar tentang kemungkinan bahwa partai NasDem yang akan bergabung dengan KIB atau mungkin partai berlambang beringin yang justru akan menjadi bagian dari Koalisi Perubahan. Namun dari sekian banyak opini yang berkembang, hasil konferensi pers dari pertemuan tersebut hanya kunjungan balasan dan digambarkan sebagai wujud menjaga romantisme antar kedua partai.
Surya Paloh mengakui bagaimanapun ia adalah alumni partai golkar yang telah berkiprah di partai berlambang beringin tersebut selama 43 tahun, secara etik memang harus menjaga stabilitas meski sudah berbeda kamar. Menelaah hasil pertemuan Partai NasDem dengan Partai Golkar sepertinya public sadar bahwa tidak hanya sekedar menjaga romantisme antara alumni partai dengan petinggi partai.
Dua partai tersebut merupakan partai dengan koalisi yang memenuhi syarat serta pemegang tiket pengusung calon presiden dan wakil presiden yang sudah terpenuhi jika berkomitmen hingga akhir kesepakatan.
Aktifvis dan pengamat politik, Rumi dari Direktur Genspace.id mengungkapkan bahwa menganggap partai golkar adalah partai pengkader yang sukses menciptakan suasana demokrasi di Indonesia secara baik, dengan melahirkan kader kader terbaik kemudian membentuk partai partai yang berkembang pesat seperti nasdem, gerindra, dan lain-lain.
Sehingga menjadi suatu hal lumrah bila nasdem dan golkar larut menjadi koalisi mengingat sejarah serta romantisme kedua partai ini. Hal ini bahkan bisa berkembang menjadi ide penggabungan 2 koalisi raksasa yaitu KIB dan koalisi perubahan. Potensi ini tentu menjadi kabar gembira publik mengingat fase transisi kepemimpinan yang akan segera dilaksanakan pada pemilu 2024.
*Penulis: Dri Fia Yolanda – Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Politik, Universitas Paramadina.
**Seluruh isi dalam artikel ini sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.